Jumat, 30 Juli 2021

Tragedi yang Termatrikulasi, Marsinah.

    Hai. Saya wanita, dan saya bangga menjadi wanita. Pada kesempatan kali ini ijinkan saya menyegarkan ingatan kita kembali tentang wanita pemberani yang Indonesia, Marsinah. Atas tragedi yang telah terjadi, sangat bermanfaat untuk menjadi verminan kami generasi saat ini. Coba saja jika saat itu Marsinah tidak melakuakn suatu aksi berani, tidak melawan, dan pasrah akan keadaan tidak akan ada sejarah. Walau pada akhirnya Marsinah harus menukar perjuangannya dengan hidupnya. Marsinah, namamu abadi, di hati di sejarah kami.    
     Marsinah, seorang aktivis dan buruh pada masa Orde Baru. Namanya yang tetap hidup menjadi bukti kelam di tanah Indonesia. Seorang aktivis buruh yang berlidah tajam dan organisator terpelajar seerupa menjadi ancaman pada saat itu sehingga ia dihabisi dengan cara yang keji. Indonesiaku memang belum ramah pada perempuan yang berani melawan dan berbicara dengan lantang pada saat itu. Buruh perempuan yang gemar mengkliping berita koran yang menyala kritisnya, dengan kejam dipadamkan oleh rezim otoriter. Ia dibunuh pada saat ia masih muda, 24 tahun.
      Jasadnya yang terbujur kaku namun namanya abadi. Pada masa orde baru banyak sekali yang terjadi, tragedi ada di sana sini. Pembunuhan Marsinah mengarak awan suram, seolah-olah negara tidak perlu melindungi hak hidup warganya. Marsinah adalah buruh PT Catur Putera Surya (CPS), pabrik arloji di Siring, Porong, Jawa Timur. Buruh PT CPS digaji Rp1.700 per bulan. Padahal berdasarkan KepMen 50/1992, diatur bahwa UMR Jawa Timur ialah Rp2.250. Pemprov Surabaya meneruskan aturan itu dalam bentuk Surat Edaran Gubernur KDH Tingkat I, Jawa Timur, 50/1992, isinya meminta agar para pengusaha menaikkan gaji buruh 20 persen.
    Marsinah ditemukan meninggal dunia pada 9 Mei 1993 setelah melakukan pemogokan bersama buruh PT.CPS Porong Sidoarjo. Marsinah memiliki kontribusi yang aktif dalam empersiapkan pemogokan tersebut dan bersikap kritis dalam forum negosiasi antara buruh dan pihak managemen PT.CPS Porong Sidoarjo terutama terkait tuntutan kenaikan upah kerja.
    Marsinah yang tampak paling menyala diantara buruh yang lainnya, ia hilang. Pendar cahayanya padam. Namanya yang lekat dengan perlawanan dan keberanian, harus membayar perjuangannya dengan nyawa. Wanita hebat yang lahir pada 10 April tahun 1969, wanita tak bersenjata ia hanya menguntai kata dan menjuntai kemana-mana setelahnya, menjadi bukti jika wanita juga bisa menjadi berani, wanita juga memiliki daya untuk melawan, wanita juga punya suara yang berhak didengar. Hanya saja Indonesiaku kala itu masih belum ramah dengan wanita pemberani seperti Marsinah.
     Dia, Marsinah. Peraih penghargaan Yap Thiam Hiem pada tahun 1993, penghargaan yang diberikan oleh Yayasan Pusat Studi Hak Asasi Manusia. Walau mati di usia muda, ia meninggalkan sejarah dan pelajaran yang luar biasa. Marsinah, istirahatlah dengan tenang. Perjuanganmu biar aku dan kawan-kawanku yang teruskan. 


Sumber: Jurnal KONSPIRASI POLITIK DALAM KEMATIAN MARSINAH DI PORONG SIDOARJO TAHUN 1993-1995 POLITICAL CONSPIRACY ON THE DEATH OF MARSINAH IN PORONG SIDOARJO IN 1993-1995. Iyut Qurniasari dan IG. Krisnadi. Volume 3 (2) November 2014